Tsunami untuk Aceh
Teman, hari ini Nana dapat pengalaman baru. Hari ini, Nana sudah mencoba membuat cerita pendek. Tetapi dalam cerita pendek Nana kali ini, Nana mencoba untuk merasakan derita orang lain, simak ya!
Kala itu, matahari masih sanggup menyapaku. Ombak pun masih sanggup bermain-main. Tapi hari itu, sepertinya ombak tak mau bergurau, ia serius. Ombak tak mau beri maaf saat ia mulai memasuki kotaku itu. Kawan, banyak bangunan yang kulihat saat ini dan bangunan itu pula telah berubah menjadi puing-puing. Sayang, tak ada yang mau menghiraukannya. Entah apakah ada harta benda di dalamnya, entah ada manusia yang masih hidup, dan entah apakah ada mayat-mayat di dalamnya. Tak ada yang mau tahu tentang itu semua. Benar kawan, bumi telah diguncang Sang Khalik. Mungkin karena Ia murka, mungkin karna Ia ingin menegur kita, atau mungkin Ia sangat sayang kepada kita. Bahkan, rasa kasih sayang-Nya tak peka untuk kita rasakan.
Kau mau tahu kabarku, Kawan? Salamku, Raafi. Bukan karena lagu " Nenek Moyangku Seorang Pelaut ", aku ingin menjadi seorang nahkoda kapal. Tetapi karna ayahku,
belum selesai , maaf belum bisa Nana tampilkan semuanya ... ^_^