Kamis, 31 Maret 2011

Arai , Sang Pemimpi

~Arai jadi yatim piatu, sebatang kara.Ia kemudian dipungut keluarga kami...Arai menengok ke belakang untuk melihat gubuknya terakhir kali...Anak sekecil itu telah belajar menguatkan dirinya...Ia telah berdamai dengan kepedihan dan siap menantang nasibnya. 
~Yang kutahu adalah Allah telah menghadiahkan kharisma yang begitu kuat pada sang simpai keramat ini-sebagai kompensasi kepedihan masa kecilnya. ~Aku merasa sangat malu pada diriku sendiri. Bibirku bergetar menahan rasa haru pada putihnya hati Arai. Demikian indahkah hidup dilihat dari mata Arai? Beginikah seorang pemimpi melihat dunia?...Maka Arai adalah seorang pemimpi yang sesungguhnya, seorang pemimpi sejati.
~Sejak pertama kali melihatnya waktu hari pendaftaran di SMA Arai telah jatuh hati pada Nurmala...ia telah mengirimi kembang SMA kami itu beratus-ratus kali salam, Tak satu pun ditanggapi...Ia mampu menghayati makna setiap syair "I Can't Stop Loving You" sebagai ungkapan hatinya pada Nurmala.
~...Mengapa kau berhenti bercita-cita, Bujang? berhenti bercita-cita adalah tragedi terbesar dalam hidup manusia!!"..."Tanpa mimpi, orang seperti kita akan mati...kita akan berkelana menjelajahi Eropa sampai ke Afrika!! Kita akan sekolah ke Prancis!! Kita akan menginjakkan kaki-kaki miskin kita di atas altar suci almamater Sorbonne! Apapun yang terjadi!!"...Arai berteriak..."Kita harus merantau, berapapun tabungan kita, sampai di Jawa urusan belakangan".
~Ketika berpisah, ayahku memeluk Arai dan mendekapku kuat sekali...Pak Balia...Prancis bukan hanya impianku dan Arai tapi juga impian sepi beliau..."Jangan pernah pulang sebelum jadi sarjana...", pesan ibu Muslimah, guru SD-ku. Disamping beliau Pak Mustar mengangguk-angguk.
~Aku dan Arai untuk pertama kalinya pulang kampung ke Belitung. Aku bangga mengenang kami mampu menyelesaikan kuliah di Jawa tanpa pernah dapat kiriman selembar pun wesel.
~Kami melihat wajah Arai sembab...Seumur hidupku tak pernah melihat Arai menangis. Ia membekap erat bingkai foto ayah-ibunya dan surat keputusan beasiswa itu.
~...bagaimana sempurnanya Tuhan mengatur potongan-potongan mozaik hidupku dan Arai...memeluk mimpi-mimpi kami...dikertas itu tertulis nama universitas yang menerimanya sama dengan universitas yang menerimaku...Universite' de Paris, Sorbonne, Prancis.
~Itulah Arai, seniman kehidupan sehari-hari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar